Secara historis, nama Lilith pertama kali ditemukan muncul dalam Tablet XII dari Epic Gilgamesh, puisi terkenal dari Mesopotamia kuno sekitar 2100 SM, disebut “Lilitu” yang berarti “iblis wanita” atau juga “setan angin dan badai.”
Dalam legenda kuno dan abad pertengahan, Lilith dipandang sebagai penjelmaan nafsu, penyebab pria disesatkan, penyihir, pembunuh wanita dan anak-anak. Legendanya juga terkait dengan cerita pertama tentang vampir.
Dianggap Istri Adam (Sebelum Hawa)
Dalam beberapa tulisan mistik Yahudi dia dikatakan sebagai istri pertama Adam (sebelum kehadiran Hawa). Ia dikatakan secara sukarela meninggalkan Taman Eden.
The Alphabet of Ben Sira, salah satu parodi sastra paling awal dalam sastra Ibrani, sejauh ini dianggap sebagai salah satu sumber yang secara jelas mengisahkan Lilith sebagai istri pertama Adam. Berikut ini cuplikan kisahnya:
Ketika putranya yang masih muda jatuh sakit, Raja Nebukadnezar memerintahkan agar anaknya disembuhkan.
“Sembuhkan anakku. Jika tidak, aku akan membunuhmu.” kata Nebukadnezar.
Ben Sira segera duduk dan menulis jimat dengan Nama Suci, dan dia menuliskan di atasnya para malaikat yang bertanggung jawab atas pengobatan dengan nama, bentuk, dan gambar mereka, dan dengan sayap, tangan, dan kaki mereka.
Melihat jimat itu, Nebukadnezar bertanya: “Siapa ini?”
“Malaikat yang bertanggung jawab atas pengobatan: Senoy, Sansenoy dan Semangelof,” jawab Ben Sira.
Ben Sira lalu mengisahkan: Ketika Tuhan menciptakan Adam, yang sendirian, Dia berkata, “Tidak baik bagi manusia untuk sendirian”, lalu Dia juga menciptakan seorang wanita, dari tanah, seperti Dia telah menciptakan Adam sendiri, dan memanggilnya Lilith.
Adam dan Lilith segera mulai bertengkar. Lilith berkata, “Aku tidak akan berbaring di bawah.”
Adam juga berkata, “Aku tidak akan berbaring di bawahmu, tetapi hanya di atas. Karena kamu cocok hanya di posisi terbawah, sedangkan aku yang superior.”
Lilith menjawab, “Kita sama satu sama lain, karena kita berdua diciptakan dari tanah.”
Mereka berdua tidak mau mendengarkan satu sama lain. Menyadari hal ini, Lilith lalu mengucapkan nama yang tak terlukiskan dan terbang ke udara.
Adam berdiri dalam doa di hadapan Penciptanya: “Penguasa alam semesta! wanita yang kamu berikan padaku telah melarikan diri.”
Tuhan lalu mengirim ketiga malaikat ini untuk membawanya kembali. [nama ketiga malaikat ini yang dituliskan Ben Sira dalam jimat untuk anak Nebukadnezar]
Kata Tuhan kepada Adam: “Jika dia setuju untuk kembali, maka itu hal yang baik, Jika tidak, dia harus merelakan seratus anaknya mati setiap hari.”
Para malaikat meninggalkan Tuhan dan mengejar Lilith, yang mereka dapati di tengah laut, di perairan yang perkasa di mana orang Mesir ditakdirkan untuk tenggelam [laut merah].
Mereka menyampaikan firman Tuhan kepadanya, tetapi Lilith tidak ingin kembali.
Para malaikat berkata, “Kami akan menenggelamkanmu di laut.”
“Tinggalkan aku!” kata Lilith. “Aku diciptakan hanya untuk menyebabkan penyakit pada bayi. Jika bayi laki-laki, aku berkuasa atas dia selama delapan hari setelah kelahirannya, dan jika perempuan, selama dua puluh hari.”
“Ketika para malaikat mendengar kata-kata Lilith, mereka mendesak dia untuk kembali. Tapi dia bersumpah kepada mereka dengan nama Tuhan yang hidup dan abadi: “Kapanpun aku melihatmu atau namamu atau wujudmu dalam jimat, aku tidak akan berkuasa atas bayi itu.”
Dia juga setuju agar seratus anaknya mati setiap hari. Oleh karena itu, setiap hari seratus setan binasa, dan untuk alasan yang sama, kami menuliskan nama malaikat di jimat anak kecil. Ketika Lilith melihat nama mereka, dia ingat sumpahnya, dan anak itu pulih.”
Beberapa kalangan berpendapat bahwa latar belakang dan tujuan kisah dalam The Alphabet of Ben-Sira tidak jelas. Isinya dianggap tampak begitu menyinggung orang Yahudi kontemporer sehingga bahkan dikatakan bahwa itu bisa menjadi satir anti-Yahudi. Namun demikian, dikalangan mistik Yahudi di Jerman abad pertengahan, teks tersebut dikatakan dapat diterima.
Lilith Sebagai Analogi Hawa
Petunjuk yang mengarahkan pertimbangan bahwa Lilith merupakan analogi Hawa, muncul dari Teks Babilonia yang menggambarkan Lilith sebagai dewi Ishtar.
Demikian pula, catatan Sumeria yang lebih tua menyatakan bahwa Lilitu disebut pelayan Inanna atau “tangan Inanna”. Teks-teks tersebut mengatakan bahwa “Inanna telah mengirim pelacur Lilitu yang cantik, belum menikah, dan menggoda, keluar untuk menyesatkan manusia.”
Ishtar, dewi kesuburan dan perang, adalah nama Akkadia dari dewi Sumeria ‘Inanna’ dan dewi Semit ‘Astarte’. Ini adalah tiga nama yang merujuk pada dewi yang sama dalam konteks budaya yang berbeda.
Dia diagungkan dan mendapatkan pengabdian yang besar di kerajaan Babilonia kuno, sebagaimana dibuktikan dengan banyaknya kuil agung, altar, prasasti, dan benda seni yang dipersembahkan untuknya. [mungkin lebih tepatnya “ditakuti”]
Aspek yang menonjol dan sekaligus kontradiktif dari dewi ini adalah: dia dewi kesuburan dan cinta, tetapi juga dewi pencemburu yang bisa membalas dendam terhadap individu, pergi berperang, menghancurkan suatu wilayah, dan membuat makhluk bumi tidak subur.
Ia selalu muda, energik, dan penuh gairah, tapi juga terkadang murung, berubah dengan cepat dari cinta menjadi permusuhan. Dia melindungi orang-orang disenanginya, tetapi membawa malapetaka bagi mereka yang tidak menghormatinya, terkadang dengan konsekuensi yang mengerikan bagi seluruh bangsa.
Penggambaran dewi Inanna atau Ishtar yang moody-nya menakutkan, telah juga saya bahas dalam artikel Hawa “Sang Pemohon Umur Panjang”. Dalam tulisan ini juga saya telah mengurai secara terperinci pembahasan mengenai Dewi Inanna sebagai Analogi Hawa.
Sebagai asal mula kisah Vampir
Dalam serial televisi HBO “True Blood” pada season 5 eposide 2, “The Authority Always Wins”, digambarkan pandangan religius kelompok vampir yang berkuasa atas semua vampir yang ada “The Authority”, bawah, semua vampir adalah keturunan Lilith.
Banyak buku sejarah dan mitologi kuno yang menggambarkan Lilith sebagai dewi kuno tertua yang mengkonsumsi darah, seperti misalnya yang diadopsi dalam serial HBO di atas. Lilith juga digambarkan sebagai iblis pertama, atau roh wanita yang mencontohkan semua atribut paling gelap di dunia.
Namun tentu saja, pandangan ini bisa dikatakan “kurang lengkap”, jika tidak menimbang pula mengenai pembahasan dewi Usas dalam teks kuno dalam mitologi Hindu.
Bahkan, dalam teks-teks tersebut, pembahasan tentang dewi Usas bisa dikatakan cukup sinkron dengan aspek-aspek yang menjadi ciri vampir, seperti umur panjang dan minum darah.
Dalam naskah Rig Veda misalnya, pada hymne 7.77 disebutkan: “dia juga mengajukan petisi untuk diberikan umur panjang, karena dia (ingin) konsisten mengingatkan orang-orang akan waktu (hidup) yang terbatas di bumi (dunia)”.
Lalu dalam nyanyian nyanyian seratus nama dari Mundamala-tantra, dia disebut “Dia yang Menyukai Darah”, “Dia yang Diolesi Darah” dan “Dia yang Menikmati Pengorbanan Darah”.
Demikianlah, ada kemungkinan jika Lilith tidak lain adalah bentuk lain dari dewi Usas, dan merupakan analogi Hawa, sebagai alleogiris dari aspek yang dianggap “tabu atau sakral”, dan mungkin juga merupakan “sisi menakutkan”, yang orang-orang di masa kuno tidak ingin terang-terangan mengutarakannya.