Sudah menjadi pemahaman umum yang berkembang dalam tradisi umat Islam bahwa Imam Mahdi adalah keturunan nabi Muhammad. Ini terutama didasari oleh adanya bunyi hadis di mana nabi Muhammad sendiri mengakui bahwa Imam mahdi adalah keturunannya.
Misalnya pada bunyi hadis berikut ini…
“Al-Mahdi berasal dari keturunanku, keturunan dari Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284, at-Tirmidzi, Ibnu Majah no. 4086)
Tapi, ulama dari kalangan tasawwuf menyampaikan hal yang sifatnya lebih esoterik bahwa, Nur Muhammad berakhir pada Imam Mahdi, atau nur Muhammad akan hadir di diri Imam Mahdi pada saat kemunculannya kelak.
Pembahasan saya dalam artikel kali ini akan fokus mengulas pendapat yang bersifat esoterik ini.
Sebelumnya, saya ingin terlebih dahulu menyampaikan bahwa ini adalah interpretasi dari saya pribadi. Silahkan dicermati. Benar tidaknya hanya Allah yang tahu.
Saya akan membahas kaitan antara “Nur Muhammad” dengan Imam Mahdi berdasarkan tinjauan saya pada surat Az Zariyat (surat ke 51 dalam Al Quran) terutama pada ayat pertama yang memang, belum pernah sekali pun ada ulama yang memberi pembahasan seperti yang akan saya sampaikan di sini.
Jadi, anda, yang pada setiap pembahasan agama sering kukuh menuntut “sanad periwayatan” kali ini akan mendapat jawaban dari saya bahwa semua yang saya bahas di sini datangnya dari Allah. Terserah mau percaya atau tidak.
Baik saya mulai…
وَالذّٰرِيٰتِ ذَرْوًاۙ (waż-żāriyāti żarwā) Selama ini, bunyi ayat pertama surat Az Zariyat ini umumnya oleh para mufassir diterjemahkan maknanya sebagai: Demi (angin) yang menerbangkan debu. (terjemahan DEPAG)
Kata zaariyaati pada ayat ini oleh para mufassir pada umumnya ditafsirkan mengacu pada makna “angin”.
Kemungkinan ini merujuk pada tafsir yang disampaikan Ibnu Katsir yang merujuk pada riwayat bahwa, suatu ketika Ali bin Abi Thalib naik ke mimbar di Kufah dan menyatakan,“…apa pun dalam Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasul Allah yang Anda tanyakan kepada saya, hari ini, saya akan menjelaskannya.”
Ibn Al-Kawwa lalu berdiri dan berkata, “Wahai Pemimpin orang beriman! Apa arti dari firman Allah, الذَّارِيَاتِ ا (al dhaariyati)”
Ali Menjawab, “Angin.”
Namun demikian, ada pula mufassir lain yang memberi penafsiran yang lebih berhati-hati.
Misalnya, Safi-ur-Rahman al-Mubarakpuri memilih mengartikan makna ayat pertama surat Az Zariyat menjadi: Demi “Dhariyat” yang berhamburan. Ia memilih sama sekali tidak menafsirkan kata dhariyat.
Versi Qaribullah & Darwis : “Demi penghambur (yang) berhamburan.
“Versi Talal Itani : “Demi penyebar (yang) menyebar.”
Demikianlah, pada beberapa pendapat mufassir tentang ayat pertama surat Az Zariyat, terlihat jelas adanya beda pendapat.
Jika ditinjau secara harfiah (menggunakan google translate), kata Dhariyat atau zariyat bermakna “keturunan” dalam bahasa Arab. (lihat gambar)
Kata Dzurriyah yang populer digunakan di Indonesia untuk menyebut keturunan Nabi Muhammad (sering kita dengar dengan istilah Dzurriyah nabi), terkait dengan kata Zariyat ini.
Yang menarik, kata Zariyat dalam bahasa Urdu serupa dengan kata czarism, yang dapat diperkirakan terkait dengan kata “kaisar/ kekaisaran”. (lihat penerjemahannya di hamariweb) https://hamariweb.com/…/zariyat_urdu-english-meaning.aspx
Jadi, dari tinjauan menurut bahasa Arab, kita menemukan kata ‘zariyat’ bermakna: “keturunan,” sementara tinjauan menurut bahasa Urdu, kita menemukan kata ‘zariyat’ bermakna: “kaisar/kekaisaran.”
Saya melihat, kedua makna ini, sebenarnya dapat digunakan pada ayat pertama surat Az Zariyat. Dalam artian ayat ini mengandung “makna ganda” yang berdampingan paralel.
Jika kata zariyat kita maknai “keturunan” maka, terjemahan ayat pertama, yang bentuk umumnya selama ini adalah “Demi (angin) yang menerbangkan debu,” akan berubah menjadi: “DEMI SUMBER KETURUNAN (ASAL USUL) YANG MENYEBAR”.
Mengapa zariyat atau dhariyat saya maknai pula “ASAL USUL”? oleh karena saya melihat bahwa, kata ‘dari’ dalam bahasa Indonesia sangat mungkin terkait dengan kata ‘dhari‘ sebagai bentuk dasar dari kata ‘dhariyat‘. (jadi, SUMBER KETURUNAN = ASAL USUL)
Sementara jika kita menggunakan makna “kekaisaran” untuk kata zariyat, agar makna bunyi kalimat ayat pertama az Zariyat menjadi tidak aneh atau rancu maka, kata ذَرْوً ‘zarwa‘ yang terletak setelah وَالذّٰرِيٰتِ ‘waż-żāriyāti’, yang selama ini umumnya dimaknai “menyebar” mesti kita gunakan makna harfiahnya dalam bahasa Arab yaitu: Puncak / klimaks. (hasil translate lihat gambar)
Hasilnya menjadi: DEMI KAISAR (KEKAISARAN) PUNCAK.
Demikianlah, dengan pemaknaan seperti ini, kata zariyat atau dhariyat pada ayat pertama surat az Zariyat, sangat mungkin merujuk pada “Nur Muhammad” sebagai sumber dari segala asal usul yang “menyebar” menjadi seluruh makhluk.
Dan juga merujuk pada Imam Mahdi sebagai penguasa puncak yang mewakili kerajaan langit di dunia – nanti di akhir zaman.
Dengan demikian, ayat pertama surat Az Zariyat memiliki dua makna yang berdampingan paralel. MAKNA PERTAMA: ISYARATKAN “NUR MUHAMMAD” SEBAGAI ASAL-USUL SELURUH PENCIPTAAN DUNIA, MAKNA KEDUA: ISYARATKAN IMAM MAHDI SEBAGAI REPRESENTASI KERAJAAN LANGIT YANG DIHADIRKAN DI PENGHUJUNG WAKTU.
Adapun Ayat lain dalam surat Az Zariyat yang juga menyiratkan makna ditujukan pada Imam Mahdi, yaitu ayat 22:
وَفِى السَّمَاۤءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوْعَدُوْنَ (wa fis-samā`i rizqukum wa mā tụ’adụn)
Artinya: Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.
“Rezeki” dan apa yang “dijanjikan” yang letaknya di langit menurut ayat ini, secara intuitif saya tangkap merujuk pada Lauh Mahfudz, kitab yang menjelaskan segala hal di alam semesta.
Hal ini sesuai bunyi hadist yang menyatakan: Mahdi adalah pelindung ilmu, pewaris ilmu semua nabi, dan sadar akan segala hal.
Itulah makanya, Imam Mahdi dapat menjelaskan segala hal. Terutama dapat menjelaskan makna esensi dari ayat-ayat suci Al Quran terutama ayat mutasyabihat yang maksudnya hanya diketahui oleh Allah.
Wallahualam.
***
Dalam artikel “KODE 132 DAN 312: ISYARAT KERAS ALLAH BAHWA DUNIA TELAH BERADA DI AMBANG KIAMAT KUBRA” Telah saya sebutkan bahwa kode 312 terkait dengan angka 51 dan, ini merujuk pada Surat Az Zariyat (surat ke 51 dalam Al Quran).
Dalam artikel tersebut juga telah saya jelaskan bahwa 51 senilai dengan 0,14, yang merupakan nilai angka di belakang koma bilangan pi (3,14). [ 360 x 0,14 = 51,42857142 … dapat dibulatkan menjadi 51 ]
Digunakannya angka di belakang koma bilangan pi (0,14) sebagai isyarat, adalah gambaran (analogi) betapa sungguh sangat sedikit waktu dunia yang tersisa. Dan dalam sisa waktu yang sangat sedikit inilah moment di mana Imam Mahdi dihadirkan ke dunia.
Secara intuitif saya melihat, Surat Az Zariyat adalah surat khusus untuk Imam Mahdi.
Inti isyarat dari angka 51 ada pada QS. 51: 51, berbunyi: Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain selain Allah. SUNGGUH, AKU SEORANG PEMBERI PERINGATAN YANG JELAS DARI ALLAH UNTUKMU.