Dalam tradisi Bugis, ‘Baso’ adalah nama yang dikhususkan untuk anak pertama laki-laki (maskulin). Untuk anak pertama perempuan ‘Besse’ (feminin).
Di masa lalu, kedua nama ini hanya boleh digunakan kalangan bangsawan saja. Pada masa itu, orang bernama Baso dan Besse – meskipun tidak menggunakan gelar seperti Andi dan Opu – akan dikenal
dan dapat dipastikan adalah seorang anak pertama dari keluarga bangsawan. Jadi, seorang Baso adalah Pangeran atau putra mahkota.
Tapi di masa sekarang tampaknya tradisi ini sudah tidak berlaku lagi dan, mungkin sudah banyak yang melupakan. Terutama nama Besse’, meskipun masih diketahui bahwa itu nama feminin tetapi dalam penggunaannya, kadang ada orang yang bukan anak perempuan pertama tetapi tetap menggunakannya.
Jejak Penggunaan nama Baso dalam budaya bangsa lain
Sebenarnya, jika ditelusuri, hal ini juga dapat kita temukan digunakan dalam budaya bangsa lain. Seperti pada bangsa Turki (bashaw / bə-shô′ / paşa / pasha), Arab (bāšā).
Dalam budaya Turki, bashaw, basho, pasa atau pasha umumnya dimaknai: prince of princes (pangeran dari para pangeran di antara orang Turki) / pria yang mendominasi / raja muda / gubernur provinsi.
Bahkan para bangsawan Prancis menyebut diri mereka Baso’chians artinya king’s-men (orang-orang di lingkaran raja – yang artinya para bangsawan). Sebutan Baso’chians ini dianggap diambil dari istilah Yunani basileus (a king).
Dalam buku Dictionary of phrase and fable. [A dictionary of English literature], terbit tahuh 1895, saya mendapatkan informasi bahwa ketika parlemen Prancis berhenti menjadi dewan raja, dan membatasi diri pada administrasi peradilan, perbedaan nama menjadi keharusan; sehingga para bangsawan atau pihak istana menyebut diri mereka baso’chians atau orang-orang raja, dari bahasa yunani basileus (seorang raja). lihat capturenya di bawah ini…
Sebutan Basileus yang digunakan di Yunani adalah gelar Yunani yang menandakan jenis “raja” dalam sejarah mereka. Di dunia berbahasa Inggris mungkin paling banyak dipahami berarti “king” atau “kaisar” dan juga sebagai uskup gereja ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur. Gelar tersebut digunakan oleh penguasa dan orang lain yang berwenang di Yunani kuno, kaisar Bizantium, dan raja-raja Yunani modern .
Bentuk femininnya adalah basileia (βασίλεια), basilis (βασιλίς), basilissa (βασίλισσα), atau basilinna kuno (βασιλίννα), yang berarti “ratu” atau “permaisuri”.
Demikianlah, bisa dikatakan, terminologi yang digunakan di Turki, Arab, Perancis dan Yunani, senada
dengan makna yang disandang nama Baso dalam tradisi Bugis.
Hubungannya dengan asal usul nama suku Bajo?
Dalam tulisan sebelumnya (Profil Sejarah Kuno Suku Laut “Bajo”) saya mengulas bahwa orang Bajo menyebut diri mereka orang ‘Sama‘. Informasi yang diungkap oleh kalangan suku Bajo terkait mengenai asal usul nama ‘Sama’ menyatakan bahwa mereka percaya merupakan keturunan dari Sam bin Nuh. Jadi sebutan ‘Sama’ berasal dari nama Sam.
Nama ‘Bajo’ sendiri mereka anggap sebutan orang luar (outsider) terhadap mereka.
Saya melihat, ada kemungkinan bahwa nama ‘Bajo’ sebenarnya terkait dengan nama ‘Baso’ yang memiliki “anak pertama”. Kemungkinan ini merujuk pada status Sam sebagai putra pertama Nabi Nuh.
Demikian uraian ini. Semoga bermanfaat.
Baca artikel terkait:
Mengkaji Sebutan Luwu dalam Zhu Fan Zhi (Abad 13 M)
Sinkronisasi naskah Nagarakretagama dengan kronik Cina
Asal Usul Suku Bajo Menurut Literatur Kuno
I La, Tanri, dan Petta, Gelar Bangsawan Bugis dan Dewa Tertinggi di Masa Kuno
Hipotesis Letak Geografis Holing di Sulawesi
Hipotesis Ini Buktikan Kerajaan Holing Terletak di Sulawesi
Di Tanah Berbentuk Kuda Ini Makam Ratu Sima
Mengungkap Sosok To Ciung “To Maccae ri Luwu”
Lombok Merah (Cella Passe), Nama Kuno Pulau Sulawesi
Sulawesi Disebut K’ULUN di Kronik Cina dan GURUN di Nagarakretagama
Uji DNA Terbaru: Orang Chamorro kuno berasal dari Sulawesi
Jejak Penambang Emas dari Kerajaan Tertua Bugis di Afrika
Penghuni Awal Madagaskar dan Kepulauan Mariana adalah Para Penjelajah Bahari dari Pulau Sulawesi