Dalam artikel sebelumnya “Penelitian Terbaru Menunjukkan Orang Chamorro kuno berasal dari Indonesia (Sulawesi)” , saya telah mengulas presentasi dari Rosalind L. Hunter-Anderson, Ph.D. dan Joanne E. Eakin, M.A., bahwa hasil analisis tes DNA orang Chamorro kuno yang mereka lakukan menunjukkan, garis keturunan periode Unai dan Latte berasal dari Zaman Holosen di Indonesia bagian timur, kemungkinan besar Sulawesi. Ini berkorelasi dengan data yang disampaikan oleh Pradiptajati Kusuma dkk (dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman), Dalam artikelnya “Mitochondrial DNA and the Y chromosome suggest the settlement of Madagascar by Indonesian sea nomad populations” menyampaikan kesimpulan, mengusulkan bahwa pemukiman Madagaskar memiliki akar dari Indonesia yang lokasinya berada di sekitar Sulawesi selatan, pulau Sunda Kecil dan Kalimantan bagian timur.
Nilai FST kromosom Y yang ketika divisualisasikan dengan Surfer, menunjukkan bahwa populasi Indonesia dengan afinitas terdekat ke Malagasi (Madagaskar) berasal dari daerah dekat garis Wallace di barat dan selatan laut Sulawesi (Sulawesi selatan, timur Borneo dan Kepulauan Sunda Kecil). Populasi dengan afinitas tertinggi ke Malagasi adalah Mandar (Sulawesi), Flores (Sunda Kecil), Bajo (Sulawesi), dan Kalimantan Timur Dayak dan Lebbo’ (Kalimantan). Lihat gambar di bawah….
Pada bagian lain (dalam artikel yang sama), Pradiptajati Kusuma dkk mengutip pendapat Bulbeck yang mengungkap adanya aktifitas penjelajahan dan perdagangan laut di masa lalu sebagai jaringan interaksi jarak jauh berbasis laut yang diduga kuat telah berkembang sejak ribuan tahun yang lalu, setidaknya dimulai pada Holocene awal.
Kedua fakta yang saya ungkap di atas memberi gambaran kepada kita bahwa: Penduduk awal pulau Madagaskar (di Samudra Hindia) dan Kepulauan Mariana (di Samudra Pasifik) adalah para penjelajah bahari yang berasal dari sekitar Indonesia Timur, terutama pulau Sulawesi.
Fakta-fakta ini mestinya menimbulkan lebih banyak pertanyaan dan rasa keingintahuan kita, bahwa: Jika mereka telah terbukti mampu menjelajah luasnya samudra Hindia dan Samudra Pasifik, apakah tidak mungkin mereka juga sebenarnya telah menjelajah samudra Atlantik – dan membuat pemukiman mereka di sekitar kepulauan Karibia, misalnya?
Fakta telah membuktikan bahwa penjelajahan samudra yang mereka lakukan telah berlangsung sejak ribuan tahun sebelum masehi dan masih terus berlangsung hingga di masa-masa awal kedatangan bangsa Asing di Nusantara.
Pertanyaannya: di masa-masa awal manusia mulai berlayar menjelajahi lautan, apakah ada bangsa lain yang juga memiliki kemampuan navigasi pelayaran, keterampilan membuat dan mengemudikan kapal layar, serta ketangguhan dan keberanian mengarungi ombak yang ganas di tengah samudra? ataukah, yang sebenarnya terjadi adalah, mereka lah sebenarnya yang mengenalkan keterampilan tersebut pada berbagai bangsa di dunia – termasuk di antaranya bangsa Mesir kuno, Portugis (port-ugi= pelabuhan bugis?), hingga bangsa Nordik di utara.
Saya pikir, ini adalah rasa keingintahuan yang layak dan seharusnya dikedepankan!
Saya katakan “layak” dan “seharusnya” – oleh karena rasa keingintahuan ini memiliki pijakan rasional yang kuat, yakni adanya dukungan bukti tes DNA.
Dalam beberapa dekade lalu, ilmu pengetahuan mengenai diaspora manusia lebih banyak menggunakan tinjauan linguistik dan identifikasi ras sebagai basis penelitian.
Saya pikir, dalam beberapa waktu yang tidak lama lagi, Identifikasi penyebaran manusia menurut tinjauan kesamaan bahasa, artefak budaya, hingga tinjauan ras yang berbasis pada citra tampilan manusia (warna kulit, bentuk mata, rambut, dan berbagai aspek anatomi) akan segera dianggap usang, tergantikan dengan uji tes DNA.
Jika dalam beberapa dekade lalu, profil kesejarahan Indonesia ditempatkan pada spot yang tidak menguntungkan akibat metode penelitian tersebut maka, kehadiran teknologi tes DNA yang semakin canggih akan segera membalikkan keadaan tersebut.