Dalam suatu pengamatan yang tidak sengaja saya melihat jika posisi letak candi Borobudur, candi Pawon, dan candi Mendut, ada dalam suatu garis sejajar.
Karena tertarik dengan hal ini, saya kemudian searching di internet, yang ternyata, meskipun fenomena tersebut telah banyak menarik perhatian, dan telah menjadi bahan pembicaraan banyak kalangan dalam beberapa tahun ini, namun, sejauh ini, belum ada penjelasan pasti terkait fenomena tersebut.
Opini yang bisa dikatakan cukup signifikan diberikan terkait fenomena kesegarisan tersebut, datang dari Pembina Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, Widya Sawitar, yang mengatakan bahwa, kesegarisan Borobudur, Pawon, dan Mendut, mirip dengan kesegarisan bintang Mintaka, Alnilam, dan Alnitak yang berada di Rasi Bintang Orion.
Golden Ratio (Rasio Emas)
Dalam matematika, dua nilai dianggap berada dalam hubungan rasio emas jika rasio antara jumlah kedua nilai itu terhadap nilai yang besar sama dengan rasio antara nilai besar terhadap nilai kecil. Nilai yang lebih besar dilambangkan dengan huruf a, sedangkan nilai yang lebih kecil dilambangkan dengan huruf b. Lihat gambar berikut…
Rasio emas umumnya dilambangkan dengan huruf Yunani phi, dengan nilai rasio 1.6180339887. Rasio emas, juga dikenal sebagai proporsi ilahiah.
Mario Livio, seorang astrofisikawan Israel-Amerika, mengatakan bahwa:
Beberapa pemikir matematis terbesar dari segala usia, dari Pythagoras dan Euclid di Yunani kuno, hingga matematikawan Italia abad pertengahan Leonardo dari Pisa dan astronom Renaissance Johannes Kepler, hingga tokoh ilmiah masa kini seperti fisikawan Oxford Roger Penrose, telah menghabiskan waktu berjam-jam tanpa henti atas rasio sederhana ini dan propertinya.
…Ahli biologi, seniman, musisi, sejarawan, arsitek, psikolog, dan bahkan mistikus telah merenungkan dan memperdebatkan dasar keberadaan dan daya tariknya. Faktanya, mungkin adil untuk mengatakan bahwa Rasio Emas telah mengilhami para pemikir dari semua disiplin ilmu tidak seperti angka lain dalam sejarah matematika.(sumber: wikipedia)
Kesegarisan BPM (Borobudur, Pawon, Mendut), membentuk Rasio Emas?
Sebelumnya, saya ingin tekankan bahwa, karena pengamatan ukuran yang saya lakukan pada kesegarisan BPM adalah secara online menggunakan software Google Earth maka, apa yang saya sajikan dalam kesempatan ini, jelas tidak bisa terlalu diandalkan keakurasiannya.
Juga terutama karena kita tidak memiliki panduan jelas mengenai dari titik mana pengukuran itu harus dimulai, apakah titik awal pengukurannya dimulai tepat di tengah bangunan candi, ataukah dari ujung tertentu bangunan candi.
Dalam melakukan pengukuran menggunakan Google Earth saya hanya mereka-reka titik acuan awal, namun, yang pasti tetap berada dalam kawasan bangunan candi. Berikut ini hasilnya…
Dalam pengukuran kesegarisan BPM (alternatif 1) di atas, saya memilih titik acuan pengukuran tepat berada di tengah-tengah bangunan candi, hasilnya: jarak Candi Borobudur ke Candi Pawon adalah sekitar 1740 m; jarak Candi Pawon ke Candi Mendut sekitar 1160 m. Kedua hasil ini menarik karena memperlihatkan rasio perbandingan jarak: 1,5. Nilai ini mendekati rasio emas 1,618.
Pertanyaan, apakah ini memang disengaja atau tidak, sulit dijawab. Namun, yang pasti, terdapat pula rasio 1,5 (mendekati rasio emas) di badan candi Borobudur, yakni rasio 24 stupa berlubang belah ketupat dengan 16 stupa persegi empat (16×1,5=24)
Bagian yang berwarna hijau pada gambar di atas, adalah bagian teras candi yang di mana terdapat stupa berlubang belah ketupat berjumlah 14 buah. Sementara bagian yang berwarna ungu, adalah teras candi letak stupa berlubang persegi empat yang berjumlah 16 buah.
Candi Gunung Sari yang terlupakan dalam Kesegarisan BPM
Ada kemungkinan jika Candi Gunung Sari pun pada dasarnya juga masuk dalam rangkaian kesegarisan BPM. Dugaan ini saya lihat dimungkinkan, terutama didasari pertimbangan bahwa jarak antara Candi Mendut ke Candi Gunung sari,yakni: 5800 m, adalah jumlah dua kali lipat jarak antara Candi mendut ke Candi Borobudur (2900 m). lihat gambar di bawah…
Total jarak dari Candi Borobudur ke Candi Gunung Sari adalah 8700 m, membentuk notasi jarak 580 m yang berjumlah 15 spasi (580×15=8700). Di sisi lain, hal yang tak kalah menarik adalah fakta bahwa, jarak 580 adalah sepersepuluh dari 5800 yang merupakan jarak Candi Mendut ke Candi Gunung Sari.
Pengukuran Kesegarisan BPMGs (alternatif 2)
Karena sampai tulisan ini saya susun, saya belum menemukan alasan kuat mengapa sehingga notasi 580 digunakan dalam kesegarisan BPMGs, selain bahwa dalam film kartun Sponge Bob, Patrick ada mengucapkan kalimat: “58 is, …the luckiest number ever!” (58 adalah, …angka paling beruntung yang pernah ada!), untuk menyemangati Sponge Bob agar mau kembali mengikuti test drive-nya yang telah gagal dalam 57 kali percobaan.
Maka, saya menimbang adanya alternatif kedua, yakni bahwa bisa jadi notasi sebenarnya adalah 600 m bukan 580 m.
600 atau 60 adalah notasi kosmis yang telah digunakan sejak zaman kuno hingga hari ini, terutama dalam perhitungan waktu, dan tentunya sangat terkait dengan perhitungan siklus pada suatu lingkaran. Hasilnya sebagai berikut…
Perhitungan yang dilakukan dalam kedua gambar di atas, mengambil titik acuan pengukuran yang meskipun cukup spekulatif, tapi bisa dikatakan titik acuan tetap berada dalam badan kawasan Candi.
Titik Acuan di Candi Borobudur, saya mulai dari sisi paling barat Candi Borobudur, Candi Pawon pada sisi paling timur, sementara pada Candi Mendut, saya meletakkan titik acuan pengukuran pada reruntuhan candi yang berada di sebelah timur Candi Mendut.
Di Candi Gunung Sari saya meletakkan titik pengukuran masih di atas bukit tersebut, tapi melencang beberapa puluh meter dari bangunan candi.
Hasilnya, Candi Borobudur ke Candi Pawon berjarak 1800 m, Candi Pawon ke Candi Mendut berjarak 1200 m, sementara Candi Mendut ke Candi Gunung Sari berjarak 6000 m.
Total jarak dari Candi Borobudur ke Candi Gunung Sari adalah 9000 m, menciptakan notasi 600 m yang berjumlah 15 spasi (600×15=9000).
Angka-angka yang bermain dalam pengukuran alternatif kedua ini adalah angka-angka kosmis yang telah ribuan tahun digunakan dalam peradaban manusia.
Sepersepuluh dari 1800 adalah 180 merupakan jumlah sudut setengah lingkaran. Kadang digunakan untuk merepresentasi simbol diagram dunia atas dan dunia bawah, ataupun siang dan malam.
Seperseratus dari 9000 adalah 90 merupakan jumlah 1/4 sudut dalam satu lingkaran. Kadang digunakan untuk merepresentasi simbol diagram waktu setengah hari, apakah itu ketika matahari dalam perjalanan menanjak ke titik senit atau ketika matahari tergelincir menuju saat terbenam.
Seperseratus dari 1200 adalah 12 merupakan jumlah jam dalam sehari, sementara sepersepuluh dari 600 adalah 60 yang merupakan jumlah menit dalam 1 satu jam, dan jumlah detik dalam 1 menit.
Demikianlah, kemungkinan yang bisa saya sampaikan terkait fenomena kesegarisan letak posisi Candi Borobudur, Pawon, Mendut, dan Candi Gunung Sari.
Sekali lagi, pengukuran menggunakan software Google Earth tidak dapat terlalu diandalkan keakurasiannya, namun tentunya, setidaknya dapat memberi kita gambaran awal mengenai kondisi lapangan.
Saya pribadi sangat yakin bahwa masih sangat banyak hal misterius yang belum terungkap di wilayah dataran Kedu yang terletak tepat di tengah-tengah pulau Jawa ini.
Terutama jika meninjau sebutan ‘kedu‘ yang mungkin saja terkait dengan kata ‘ketu‘ dalam bahasa Sanskerta yang berarti: setiap Hal yang tidak biasa/ atau fenomena yang mencolok/ menandai/ tanda/ sasaran/ bekas/ bendera sebagai penanda.
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.