-->

Nama Keturah Juga Bermakna "Air", ini Jejaknya Dalam Bahasa Jawa Kuno, Bahasa Tae', dan Bahasa Welsh


Dalam tulisan sebelumnya “Asal Usul Kata “Air” dalam Pusaran Polemik Sarah dan Hajar” saya telah mengulas bahwa nama kedua istri Nabi Ibrahim, Sarah dan Hajar, terbukti merupakan asal usul kata ‘air’ dalam beberapa bahasa.

Dalam bahasa Sanskerta, ‘sara / saras’ berarti air. Di sisi lain, RigVeda 6.61, 7.95, dan 7.96 mencatat bahwa nama sungai Sarasvathi berasal dari akar kata ‘ Sarah ‘.

Hal ini dapat pula kita temui Jejaknya pada beberapa bahasa daerah di Indonesia yang, menyebut air terjun sebagai ‘sarassa’, seperti bahasa daerah di Sumatera dan Sulawesi. Nama air terjun di gunung latimojong misalnya, disebut ‘Sarassa’. Ini nama yang sangat kuno.

Sementara itu, dalam bahasa Assam dan beberapa bahasa daerah yang digunakan di wilayah indo cina hingga ke wilayah bangladesh, ditemukan kata ‘ayar / hayar’ (ajar / hajar) yang berarti air. Kamus Besar Bahasa Indonesia pun mencatat bahwa ayar adalah bentuk kuno (archaic) dari kata air.

Dalam banyak literatur, nama Keturah juga disebutkan sebagai nama istri Nabi Ibrahim. Untuk hal ini, beberapa komentator Yahudi abad pertengahan, seperti Rashi misalnya,  mengikuti gagasan lama dari para rabi dan kepercayaan tradisional yang berkembang dalam banyak tradisi bahwa Keturah adalah orang yang sama dengan Hajar.

Keturah disebutkan dalam dua bagian dari Alkitab Ibrani: dalam Kitab Kejadian, dan juga dalam Buku Pertama Tawarikh. Selain itu, ia juga disebutkan dalam Antiquities of the Jewish oleh sejarawan Romawi-Yahudi abad ke-1 Josephus.

Louis Feldman dalam buku Josephus’s Interpretation of the Bible (1998) mengatakan, “Josephus mencatat bukti bahwa polymath Alexander Polyhistor, ada mengutip sejarawan Cleodemus Malchus, yang menyatakan bahwa dua putra Abraham dari Keturah bergabung dengan kampanye Heracles di Afrika. Nama Heracles adalah bentuk lain nama Hercules, pahlawan terbesar dalam mitologi Yunani. (sumber di sini)

Dalam tulisan saya sebelumnya “Temuan Jejak Migrasi Nabi Ibrahim 4200-an Tahun Lalu” juga telah saya bahas nama lain Keturah, yaitu Arikhidima, istri dari Bangla Raja, leluhur orang Dimasa yang merupakan komunitas paling kuno di wilayah Benggala, mereka menghuni wilayah Assam dan Nagaland.

Nama ‘Bangla’ saya identifikasi merupakan bentuk anagram dari nama Abram / Avram (bentuk Ibrani dari nama Abraham atau Ibrahim).

Pemecahan bentuk anagramnya sebagai berikut:

  • Ba dibaca terbalik menjadi Ab-
  • la dibaca -ra (perubahan fonetis dental; l dan r)
  • ng dibaca -m. Morfologi seperti ini bisa kita temukan seperti pada kata wamsa (dalam prasasti-prasasti berbahasa sanskrit) yang merujuk pada kata bangsa.

Kuat dugaan saya nama negara Bangladesh berasal dari nama “Bangla”. Ini tentunya menjadi penguatan buat hipotesis saya sebelumnya bahwa wilayah Benggala adalah wilayah di mana Nabi Ibrahim pernah bermukim sekian lama.

Jadi, ketika Allah memerintahkan Ibrahim hijrah (migrasi) menghindari bencana kekeringan yang luar biasa pada saat itu, ke wilayah Benggala inilah nabi Ibrahim bermigrasi. Perintah Allah tersebut terekam dalam Al Quran surat Al Ankabut ayat 26: …Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” 

Keturah yang bermakna “Air”

Dalam beberapa literatur nama keturah kadang kita jumpai tertulis ‘Ketura’ atau ‘Qetura’ (bentuk Hebrew). Bentuk ‘tura’ pada nama tersebut identik dengan ‘dura’, sebuah nama yang dalam tradisi jawa terekam sebagai salah satu nama dari empat abdi (pembantu) Ajisaka, yaitu: Dura, Sambadha, Duga, dan Prayuga.

Ada banyak kalangan yang berpandangan bahwa empat nama tersebut sesungguhnya merepresentasi unsur makrokosmosm yaitu: Dura = air, Sambadha = Api, Duga = tanah, dan Prayuga = angin. [Pembahasan mengenai hal ini telah saya ulas dalam artikel berjudul “Kosmologi: Konsep Pengenalan Jati Diri Manusia yang Terawal“]

Dalam bahasa Tae’ terdapat kata ‘duro’ yang berarti: air. Di Sulawesi selatan kata ‘duro’ biasanya digunakan untuk menyebut kuah pada makanan, seperti duro konro, duro gulai, duro bakso, dan lain sebagainya.

Di Semanjung Iberia terdapat sungai Douro yang mengalir sepanjang 897 kilometer, melintasi barat laut Spanyol,  masuk ke Portugal dari sisi utara, melintasi kota Porto, hingga akhirnya bermuara di Samudera Atlantik. Bentuk Latin dari Douro adalah ‘Durius’, sementara dalam bahasa Welsh modern, dwr yang berarti: air. (sumber di sini)

Demikianlah, dari bahasa Jawa kuno, bahasa Tae’, hingga bahasa Welsh, kita temukan bahwa kata dura / duro berarti: Air.

Artikel ini dan artikel sebelumnya “Asal Usul Kata “Air” dalam Pusaran Polemik Sarah dan Hajar” kiranya cukup memberi gambaran kepada pembaca bahwa nama-nama istri Nabi Ibrahim, entah alasan apa, dalam perjalanan sejarah kemudian terekam jejaknya dalam memori kolektif manusia sebagai nama yang merujuk pada makna “air”.

SEKIAN.

LihatTutupKomentar