-->

Adam Terusir Dari Surga: Jumat, Jam 3:12 Asar



Bunyi ayat pertama surat Al ‘Asr yakni Wal-‘asr yang umumnya dimaknai “demi masa” (padahal seharusnya dimaknai “demi waktu asar”) dan angka 168 yang banyak tersebar dalam tradisi budaya berbagai bangsa di dunia adalah kepingan puzzle dari suatu teka-teki yang, jawaban dari teka-teki itu akan mengantar umat manusia mengenal asal usulnya. Salah satu puzzle yang selama ini tersamarkan dari pandangan umat manusia adalah puzzle “Hari Jumat, Asar, jam 3:12 – waktu akhirat” yaitu momen saat terusirnya Adam keluar dari Surga.

Dengan mulai berangkat dari pemahaman puzzle “Hari Jumat, Asar, jam 3:12 – waktu akhirat” inilah kita akan dapat memecahkan teka-teki berusia ribuan tahun itu.

Anda tentu saja bertanya-tanya, dari mana saya mengetahui bahwa Adam terusir keluar dari Surga tepat jam 3:12 waktu Asar? terlebih itu adalah waktu akhirat!

Jawabannya: 168 adalah durasi jumlah menit dari jam 3:12 asar ke jam 6:00 petang. (di sini puzzle 168 digunakan sebagaimana fungsinya).

Jadi ketika Adam diusir keluar dari surga pada jam 3:12 Asar (waktu Akhirat), waktu untuk Adam dan anak cucunya hidup di dunia hanya berlangsung sampai waktu di akhirat menunjukkan pukul 6:00 petang. Artinya hanya berdurasi 168 menit waktu akhirat.

Durasi 168 menit dari saat Adam terusir dari Surga hingga tiba akhir dunia (kiamat), seluruhnya berlangsung pada hari Jumat.

Denga kata lain, saat Adam diturunkan ke dunia hingga saat anda membaca tulisan ini, di akhirat, sedang berlangsung hari Jumat yang sama (bahkan pada waktu Asar yang sama).

Hal ini tersirat pada bunyi hadist berikut ini….

Menurut Abu Kurayb-Ishaq b. Manr – Ab kudaynah – Mughirah – Ziyad – Ibrahim – ‘Alqamah – al-Qartha – ‘Salman, Rasulullah berkata: Apakah Anda tahu tentang Jumat? Ini adalah hari di mana Anda (bentuk singular) – atau Anda (bentuk plural) – [dan] ayah Adam diletakkan bersama [di bumi] (The History of al-Tabari Vol. 1, hlm. 285).

Jika kita jeli mencermati, sangat jelas dalam hadist ini Nabi Muhammad menyatakan bahwa; Adam yang hidup ribuan tahun lalu – dan para hadirin yang mendengar ceramahnya pada saat itu – dihadirkan ke dunia oleh Allah pada hari Jumat.

Jadi, sangat jelas dalam hadist itu Nabi Muhammad ingin memberi tahu kita bahwa kehidupan manusia – dari sejak Adam hingga manusia yang hidup di akhir zaman – seluruhnya berlangsung pada hari Jumat, yaitu Jumat waktu akhirat.

Di sisi lain, Allah memberi kita penguatan dalam mencermati subjek ini, dalam QS. Al Ma’aarij ayat 4 yang berbunyi: “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” Bunyi ayat ini mengisyaratkan hitungan perbandingan waktu akhirat dan waktu dunia.

Kata “sehari” dalam ayat ini dapat diasumsikan sama dengan 12 jam (karena untuk 24 jam, tentulah mesti disebutkan sebagai sehari semalam). 

Dari perbandingan waktu 50 ribu tahun di dunia sama dengan 12 jam di akhirat, kita dapat mengurainya menjadi:  1 jam di akhirat  = 4.166 tahun di dunia  — yang berarti 1 menit di akhirat = 69.4 tahun di dunia  — yang berarti 1 detik di akhirat = 1,15 tahun di dunia atau sama dengan 420 hari. 

420 Hari Dalam Kalender Wuku

Dari perbandingan waktu 50 ribu tahun di dunia sama dengan 12 jam di akhirat (lihat: QS. Al Ma’aarij ayat 4), kita mendapat perbandingan; 1 detik akhirat = 420 hari dunia.

Mungkin anda berpikir hitungan ini bisa-bisanya saya saja. Mungkn anda akan mengatakan saya ngawur. Tapi tunggu dulu, saya akan membuktikan bahwa sebelum saya memunculkan hitungan ini, orang-orang di masa lalu sebenarnya sudah terlebih dahulu menggunakannya.

Hitungan 1 detik waktu akhirat sama dengan 420 hari di dunia, sebenarnya dapat kita lihat tercermin dalam kalender Wuku yang digunakan masyarakat Bali. Dalam kalender Wuku, 1 tahun berumur 420 hari. Perhitungan ini tentu saja berbeda dengan kalender yang umum digunakan di dunia, seperti: kalender Gregorian (Masehi) yang menghitung 1 tahun = 365 hari; kalender Hijriah, 354/355 hari dalam setahun; kalender Imlek, 1 tahun = 354 hari; dan kalender Saka yang menghitung ada 12 bulan dalam setahun, tiap bulan terdiri dari 30 hari, yang berarti total ada 360 hari dalam setahun.

Menurut kabar, kalender Wuku hanya ada di Indonesia, dan saat ini tersisa hanya digunakan masyarakat Bali. Dengan demikian, dari semua kalender yang digunakan dalam peradaban umat manusia hanya kalender wuku saja yang perhitungannya menunjukkan perbandingan skala waktu akhirat dan waktu dunia, yaitu bahwa: 1 tahun yang berjumlah 420 hari pada kalender wuku merepresentasi 1 detik waktu akhirat. 

Basis hitungan ini tampaknya tidak mengacu atau berdasar pada model kalender Syamsiah (Matahari) atau pun kalender Kamariah (Bulan), tapi mengacu pada kesadaran spiritual mereka pada waktu akhirat. Dengan kata lain, saat mereka menghitung hari demi hari yang berlalu – ketika hitungan itu mencapai 420 hari maka, secara spiritual mereka menyadari telah berlalu 1 detik waktu di akhirat. Ini bisa dikatakan merupakan gambaran spiritualitas – betapa orang-orang di masa lalu berupaya menyelaraskan eksistensinya di dunia menurut waktu akhirat.

Demikianlah, perhitungan kalender Wuku adalah wujud realitas dunia, hal esensi yang telah diketahui orang-orang di masa kuno, namun kemudian terlupakan dalam perjalanan waktu. Beruntung, masyarakt Bali yang ketat menjaga tradisi kuno masih menyimpan informasi tersebut. Ketika Allah kembali mengisyaratkan informasi tersebut dalam QS. Al Ma’aarij ayat 4, Dia membahasakannya dalam bentuk kalimat perbandingan yang menuntut upaya kita untuk mencermati dan menelaah secara komprehensif agar dapat memahami makna yang dikandungnya. 

Dan ketika kemudian hasil pencermatan makna di balik surat Al Ma’aarij ayat 4 sangat jelas mengisyaratkan adanya keselarasan dengan tradisi kuno yang tersimpan dalam budaya masyarakat Bali, yang pada hari ini kita sebut sebagai budaya Hindu Bali, maka, sudah semestinya jika kenyataan tersebut dilihat sebagai: Cara Allah mengaitkan kebijaksanaan yang Dia hadirkan di muka bumi (melalui para utusan-utusanNya) – dari masa paling primordial hingga ribuan tahun selanjutnya – tentunya, termasuk kebijaksanaan yang disampaikan Nabi Muhammad dan juga utusan-utusan yang akan terus hadir hingga akhir zaman. Dengan kata lain, ini menjadi isyarat bahwa untuk mengetahui hal-hal esensi_, kita tidak bisa hanya mencermati ilmu yang tersaji di dalam tradisi agama yang kita anut saja. Prinsip ini memang agak riskan jika dicerna oleh orang-orang yang tidak dapat melihat “gambaran besar.”

Perbandingan 1 hari akhirat = 50.000 tahun waktu dunia dalam surat Al Ma’aarij ayat 4 sesuai dengan makna di balik surat Al ‘Asr dan Sebuah hadist Nabi

Hitungan perbandingan waktu yang diisyaratkan Allah dalam surat QS. Al Ma’aarij ayat 4 ini terbukti juga selaras dengan petunjuk-petunjuk lainnya, seperti bunyi salah satu hadist (yang akan saya ulas di bawah) dan, terutama makna di balik surat Al ‘Ashr.

Abu Ja’far (al-Tabari) mengatakan: saya mendapat informasi dari ‘Abdn b. Muhammad al-Marwazi — ‘Ammr b. al-Hasan — ‘Abdallh b. Abi Ja’far — ayahnya — al-Rabi ‘b. Anas — Abu al-‘Aliyah, bahwa: Adam diusir dari Firdaus pada jam kesembilan atau kesepuluh pada hari itu. (The History of al-Tabari Vol. 1, hlm. 288).

Yang dimaksud jam kesembilan atau jam kesepeluh dari hadist tersebut adalah jam 3 atau jam 4 sore, karena hitungan jamnya di mulai pada terbit fajar, yaitu pada jam 6 pagi. Pada saat itu – dan ini dapat kita temukan dalam dokumen dari awal-awal masehi yang berisi panduan ibadah harian Yahudi dan Kristiani – awal hari terhitung dari jam 6 pagi pada saat terbit fajar, dan akhir hari berada pada jam 6 sore pada saat terbenam matahari. (Hal ini telah saya bahas dalam artikel berjudul: Matematika Surgawi dan Budaya Astronomi)

Terkait hal ini, Al Tabari mengomentari: Jika mencermati pernyataan ini, berarti, Tuhan membuat Adam dan istrinya tinggalkan Firdaus setelah tiga jam telah berlalu pada siang hari (pada hari Jumat) yang juga merupakan hari-hari penghuni dunia ini… — dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh waktu yang berlangsung di dunia saat ini masih dalam waktu hari jumat menurut waktu akhirat.

Dari informasi ini kita mendapat gambaran bahwa, Adam dan Hawa tinggalkan firdaus pada jam 3 sore yang berarti telah memasuki waktu Asar. Dengan kata lain, dari sejak masa Adam hingga masa kita sekarang ini, di akhirat masih dalam waktu Asar.

Inilah makna esensi dari kalimat Wal-‘asr dalam surat Al ‘Asr (QS. 103) yang oleh kalangan mufassir diterjemahkan menjadi “DEMI MASA” – yang pada dasarnya, mestinya dimaknai menjadi: (1) DEMI WAKTU ASAR [di mana manusia (Adam dan anak cucunya) jalani sepanjang hidup di dunia], (2) sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.

Sangat penting untuk secara jeli dicermati bahwa surat Al ‘Asr secara jelas hanya menyatakan bahwa masa kehidupan Adam dan anak cucunya di dunia hanya berlangsung sepanjang waktu Asar saja. Karena jika ada waktu lain, seperti hingga waktu Maghrib atau Isya tentu akan disebutkan pula. Fakta ini menjadi panduan utama untuk kita mencermati; sudah berapa lamakah sesungguhnya masa kehidupan Adam berlalu?

Secara intiutif saya melihat bahwa, khusus untuk menjawab pertanyaan inilah Allah menurunkan ayat 4 dalam surat Al Ma’aarij.

Berikut ini rincian hitungannya…

Informasi dari QS. Al Ma’aarij ayat 4: 50 ribu tahun di dunia = sehari di akhirat, atau 1 detik akhirat = 420 hari waktu dunia.

3 jam (durasi waktu Asar) = 10,800 detik (waktu akhirat).

420 (hari – waktu dunia) x 10,800 (detik – waktu akhirat) = 4,536,000 hari  – atau sekitar 12,427 tahun (waktu dunia).

Apakah 12,427 tahun ini total durasi waktu manusia dunia? saya bisa jawab: tidak. Itu karena dalam riwayat dikatakan, Adam meninggalkan Firdaus antara jam kesembilan dan kesepuluh atau antara jam 3 -4 sore, atau setelah beberapa saat memasuki waktu Asar.

Untuk menjawab teka-teki ini, lagi-lagi Allah memberikan petunjuk, yaitu dalam surat Al-A’raf ayat 168 dan, tradisi kuno bangsa Cina yang menganggap angka 168 sebagai angka keberuntungan, karena 168 homofon dengan frasa “yi lu fa”, yang berarti “keberuntungan sepanjang jalan” atau bisa dimaknai sebagai “keberuntungan sepanjang hidup”.

Harapan keberuntungan atau kebaikan hidup yang tergambar dalam tradisi angka 168 bangsa Cina, bisa dikatakan berkorelasi dengan bunyi surat Al-A’raf ayat 168: Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan yang baik-baik dan yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). 

Dalam ayat ini Allah memberi kita “GAMBARAN BESAR” bagaimana Dia mengatur kehidupan manusia di dunia: Dia membagi manusia dalam beberapa golongan; dan Dia memberi manusia cobaan dengan hal baik mau pun hal buruk. 

Jadi, jika dalam surat Al-A’raf ayat 168 tergambar problematika hidup manusia di dunia, maka, dalam tradisi angka 168 Bangsa Cina tergambar harapan agar selama hidup senantiasa dinaungi keberuntungan.

Demikianlah, sekarang kita memiliki angka 168 yang special tapi, apa maksud Allah memberi kita pesan kuat untuk mencermati angka 168 ini?

Saya melihat bahwa 168 pada dasarnya merujuk pada jumlah menit waktu akhirat. 168 adalah durasi waktu Asar – dari Adam dihadirkan ke dunia hingga akhir zaman nanti. Jika menghitung dari jam 6 sore maka, durasi 168 menit tepat dimulai pada jam 3:12 [6:00 – 2:48 (168 menit) = 3:12].

Jam 3:12 inilah yang dimaksudkan dalam riwayat “Adam meninggalkan Firdaus antara jam 3 -4 sore, atau sesaat setelah memasuki waktu Asar.

Jadi, kesimpulan dari seluruhan uraian di atas adalah: Adam meninggalkan surga Firdaus dan memulai kehidupan di dunia tepat pada jam 3:12 Asar, jumat, waktu akhirat.

Keselarasan angka 168 Dengan Data Sains Terkait “Ledakan Kognitif” Sekitar 11.600 Tahun Lalu

Yang menarik, jika 168 sebagai jumlah menit (waktu akhirat) kita kalikan dengan 420 (jumlah perbandingan hari di bumi dengan 1 detik di akhirat) maka, hasilnya adalah 4.233.600 hari. Adapun konversi 4.233.600 hari ke hitungan tahun, sebagai berikut: 4.233.600 : 365 = 11.598 tahun (untuk perhitungan 1 tahun = 365 hari); atau 4.233.600 : 360 = 11.760 tahun (untuk perhitungan 1 tahun = 360 hari). 

Penting untuk kita cermati bahwa angka 11.760  atau pun angka 11.598 ini nyaris tepat dengan angka tahun masa berakhirnya periode Younger Dryas yakni 11.600 tahun yang lalu. 

Selain itu, ilmuwan juga mengidentikasi 11.600 tahun yang lalu sebagai titik di mana terjadi “ledakan kognitif” Homo Sapiens, yang tiba-tiba saja memulai pola hidup yang berbeda dari sebelumnya – dari pola pemburu-pengumpul – menjadi pola hidup menetap bersama koloni dan memulai domestikasi hewan dan tanaman. 

Saya pribadi meyakini, kehadiran Adam di bumi (tepat setelah ia terusir keluar dari surga) adalah yang menyebabkan hal ini. Mengenai awal-awal kehadiran Adam di dunia telah saya bahas dalam artikel: Gobekli Tepe adalah “Monumen Waktu” Menandai Kehadiran Adam di Dunia.

Semesta Isyaratkan Angka 312 dan 132, Apa Artinya?

Terkait Asar Jam 3:12, waktu saat Adam terusir dari Surga, Beberapa waktu lalu, tepatnya di malam 9 Desember 2021, Semesta “memperlihatkan” kepada saya  angka 312 dan 132.

Kode 312 ini terkait erat dengan jam 3:12…

Baca pembahasan kode 132 dan 312 di artikel ini: Semesta Isyaratkan Kode 132 dan 312, Apa Artinya?

LihatTutupKomentar